(Refleksi
atas “Bahan Baku” Penciptaan Tuhan: Api, Cahaya dan Tanah)
Oleh: Siswanto
Apakah
memang manusia itu harus ada target, tapi kalau diriku demikian seakan aku
harus buat peraturan yang sedikit mengikat kebebasanku. Tapi kalau tiada
target, tentu akan menjadikan diri semakin liar dalam jubah kebebasan. Banyak
orang bilang keseimbangan harus dijalankan dalam hidup ini. Tapi untuk membuat
seimbang itu bagaimana?
Jika
dibiarkan bebas, ada potensi menjadi semakin liar dan buas. Jika dibatasi ada
potensi selayaknya terpenjara dalam terali besi. Hidup-hidup kau memang
misteri….???? Semisteri ketika kau tak dikatakan hidup lagi, alias mati. Lalu
bagimana ini? Semua orang jelas mempunyai pertanyaan yang sesuai dengan
permasalahannya sendiri-sendiri. La itulah fungsi dari hidup, jika ia
tiada mempunyai masalah berarti ia tiada
hidup. Ada yang bilang jika ingin tak
punya masalah, ya mati saja. Ini banyak di praktekkan oleh mereka yang
mengalami putus asa (harapan), dengan yang populer dilakukannya adalah jalan
pintas alias “bunuh diri”.
Tapi
hemat saya, orang yang bunuh diri yang katanya ingin lari dari masalah, apakah
demikian sesungguhnya? Masih dalam tanda Tanya, tapi kalau orang yang percaya
dengan agama, tentu tidaklah demikian. Justru dengan melakukan tindakan “bunuh
diri” akan menimbulkan masalah yang lebih parah lagi dalam alam kematiannya.
Ini sudah mulai ngetren dilakukan banyak orang. Kalau tidak “bunuh diri”
sendiri, ya ngajak yang lainnya. Kadang pula “membubuh diri” orang lain. Dikira
dengan demikian masalahnya akan teratasi, padahal juga tidak, justru masalah
akan bertambah besar nan panjang. Sikap “bunuh diri” dan “membunuh diri” orang
lain adalah tindakan yang akan melahirkan masalah besar. Bukan meringankan atau
menghilangkan masalah, akan tetapi justru menambah masalah.
Banyak
realita dan kenyataan hidup yang aku alami, tapi kenapa kadang pula tidak
menjadikan aku naik peringkat dihadapan Allah. Kurangnya ikhlas aku dalam
bertindak menjadikan aku tertatih-tatih dan semakin bikin letih. Kadang manusia
pada umumnya tidak bisa di andalkan. Kalau kita mengharapkan manusia, maka kita
harus siap-siap untuk kecewa. Kalau kita meminta sesuatu pada Tuhan, kok belum
dikasih bukanya demikian dengan serta merta kita beranggapan bahwa Tuhan tiada
berpihak dan tiada mendengarkan do’a kita. Tapi kita jusru berbalik arah
bertanya dalam diri kita, percayakah kita dengan sifat “al-Hakim” (Maha
Bijaksana-nya) Tuhan. Tuhan punya rencana yang terbaik bagi keberlansungan
kita, tanpa sepengetahuan kita yang terbatas ini. Tuhan lebih tahu yang terbaik
buat kita, itu jika kita percaya akan ‘kehakiman’ (kebijaksanaan) Tuhan.
Masih
ingat tentang pertanyaan “protes”nya para malaikat pada Allah ketika menjadikan
nabi Adam. Kurang sholehnya bagaimana maklhuk yang satu ini terhadap Allah, kok
masih “menyangsikan” sifat “ke-Hakim-an” Tuhan. Seolah Tuhan tidak bijaksana,
kenapa menciptakan nabi Adam yang digadang-gadang akan diamanati menjadi khalifah
fil arld (pemimpin dimuka bumi) sedangkan adam dan anak cucunya itu suka
dengan pertumpahan darah dan sebagainya. Apa jawaban Allah “Aku lebih
mengetahui, sesuatu yang kalian tidak ketahui”.
Ilmunya
malaikat tidak sampai melihat rahasia dibalik penciptaan Nabi Adam. Lalu mereka
baru menyadari akan kelancangan pikiran “perkataan tanya/protes-nya”, dengan
berkata “kami tidak tahu selain yang engkau beri tahu”. Dan untuk menguji
kelebihan Nabi Adam diadakanlah “test on propertest” uji kelayakan
apakah pantas Nabi Adam menjadi khalifah fil arld. Singkat cerita, nabi
adam bisa menyebutkan segala nama-nama beberapa benda, sedangkan malaikat tidak
mampu menyebutkannya. Nah, disitulah para malaikat mengetahui keunggulannya
Nabi Adam, dan ketika mereka disuruh sujud (sebagai bentuk penghormatan) kepada
nabi Adam mereka dengan senang hati dan tunduk serta taat pada Allah, mereka
pun melakukannya.
(di
dalam tulisan yang lain saya sebutkan Tuhan mengadakan “kompetisi” katanlah
lomba cerdas cermat antara malaikat dengan nabi Adam, sedangkan jurinya adalah
Allah (tentu saja tidak seperti yang ada di anekdot; “keputusan Juri tidak bisa
di ganggu gugat” yang mengesankan ketidakadilan sang juri)”. Dalam tulisan itu
dibaca oleh dosen saya, la berkata “ya kalau demikian Allah kan nggak adil, la
yang memberi ilmu wawasan ke nabi adam kan Allah, kepada malaikatpun ilmunya
dari Allah, la tentu saja kalau allah menjadikan adam yang menang ya berarti
ilmu yang diberikan ke nabi adam lebih banyak dari pada malaikat, kalau begitu
Allah nggak adil atau bijak lagi”, padahal maksud saya bukan mempermasalahkan
“keadilan atau kebijaksanaan” Tuhan, akan tetapi Tuhan ingin menunjukkan bahwa
“kreasi barunya” itu lebih bagus dan lebih baik daripada mereka (malaikat dan
iblis). Tapi kalau kita berfikir secara mendalam Justru bagi saya, itulah keadilan
Tuhan juga, ketika ada yang protes dan merasa lebih bagus dari makhluk
baru-Nya, Allah memberi kesempatan untuk membuktikan pada mereka bahwa “kreasi
baru-nya” itu adalah memang yang terbaik/ lebih baik dari sang pemrotes.
Nah,
ada satu makhluk yang tidak terima dengan pengangkatan Nabi Adam sebagai
maklhuk yang patut untuk dimulyakan, yaitu Iblis. Ia merasa lebih mulia dari
pada Adam, karena “Ia diciptakan dari api, sedangkan nabi Adam dari tanah”.
Pertanyaannya sekarang, apakah kemulyaan itu ditentukan dari “bahan”nya? Lalu
apa keunggulan “api” jika di bandingkan dengan “tanah”?
Untuk
soal yang pertama: jelas iya untuk barang. Barang/ sesuatu itu nilai/harganya
ditentukan dari bahannya. Contoh kalau cincin itu terbuat dari bahan emas,
jelas berbeda jauh harga/nilainya jika dibandingkan dengan harga cincin yang
terbuat dari plastic, karet ataupun bahan logam lainnya. Semakin bahannya
bagus, maka nilai/harganya juga bagus. Apakah ini juga berlaku pada
“penciptaan” makhluk (manusia, malaikat, iblis)?
Soal kedua: apa keunggulan api di bandingkan
dengan tanah. Sehingga iblis ngotot menjadikan alasan yang kuat sebagai bentuk
harga dirinya bahwa bahanya ia terciptakan itu menjadi ukuran identitasnya
lebih “mahal” atau “mulia” dari pada (tanah) bahannya manusia. Intinya Iblis
meyakini bahwa “harga dirinya” lebih tinggi dari pada “harga dirinya” nabi adam
karena bahan penciptaannya?.
Ada
apa dengan:
Api
(iblis)--------------- dhulumat (gelap)?
Cahaya
(malaikat)--------- Nur (cahaya/
terang)
Tanah
(manusia)------------- dhulumat: an-nur (bisa gelap bisa juga terang)
Karena
sudah larut malam dan ada yang merasa terganggu tidurnya. Jadi sudah dulu ya…
Besok
kita lanjutkan lagi…..
Ditulis pada hari Senin, 06 Februari 2012.
Semestinya sudah masuk tanggal 07, karena sudah pukul: 01: 10 tengah
malam
No comments:
Post a Comment